Pengguguran Makin Menjadi Pilihan
Oleh Faturochman*
Ada empat hal yang menarik dibahas dalam menganalisis perilaku
reproduksi remaja, yaitu hubungan seksual, kehamilan, aborsi, dan melahirkan usia
muda. Untuk melengkapinya dua hal lain juga menarik yaitu status perkawinan dan
penggunaan kontrasepsi.
Selama ini data-data yang dapat dianalisis dan valid tentang perilaku
reproduksi remaja terbatas dari negara-negara yang maju. Dari laporan Persatuan
Bangsa-bangsa tahun 1988 menunjukkan hal itu. Bahkan dari Asia hanya Jepang
yang memiliki data yang sahih untuk dibahas.
Menyimak data-data yang dikeluarkan badan-badan internasional seperti
PBB dan The Alan Guttmacher Institute tentang hubungan seksual pada remaja di
negara-negara maju kita hanya bisa geleng-geleng kepala. Bayangkan rata-ata
lebih dari Iima puluh persen wanita berusia dua puluh tahun pernah melakukan
hubungan seks. Angka untuk pria jelas lebih tinggi lagi.
Dari tahun ke tahun remaja yang melakukan hubungan seks sebelum
nikah juga makin meningkat di kelompok usia yang lebih muda. Mengutip data yang
dikemukakan oleh Zelnik dan Kantner (1977) antara tahun 1971-1976 saja terjadi
kenaikan 30% pada remaja usia 15 tahun yang melakukan hubungan seksual
sebelum nikah. Kenaikan tersebut diperkirakan lebih tinggi lagi lima tahun periode
berikutnya.
Data Beberapa Negara
Remaja yang melakukan hubungan seksual itu hampir semuanya beIum
berstatus nikah. Dan ternyata sebagian besar juga belum tahu tentang metode-
metode kontrasepsi. Karenanya tidak mengherankan bila angka kehamilannya juga
tinggi. Di Hongaria misalnya, tingkat kehamilan per 1000 wanita pada tahun 1984
adalah 80,4. Di Selandia Baru angka kehamilan pada remaja menunjukkan 46 per
1000 wanita. Angka-angka yang lebih rendah ditemukan di Inggris (44,7), Swedia
(4,2), Finlandia (32,1), dan Denmark (27,9). Di Eropa angka hubungan seksual dan
kehamilan pada remaja yang terkecil adalah di Nederland (12,1). Di Jepang tingkat
kehamilan pada remaja masih lebih kecil dari Nederland. hanya 10,5 per 1000
wanita. Dari kesemuanya tingkat kehamilan pada remaja yang terbesar adalah di
Amerika Serikat, sekitar 98 dari per 1000 wanita.
Malang bagi janin dalam rahim pada remaja itu. Penyebabnya adalah makin
tidak populernya pemeliharaan kehamilan. Pengguguran makin sering menjadi
pilihan. Jumlah pengguguran makin banyak dan terus meningkat semenjak tahun
tujuh puluhan. Angka terbesar pengguguran ditemukan di Denmark, Jepang, dan
Swedia, yaitu sekitar 60% dari kehamilan. Di Finlandia dan Norwegia satu diantara
dua kehamilan berakhir dengan pengguguran. Meskipun tingkat kehamilan di AS
paling tinggi, tetapi persentase yang digugurkan kurang dari 50%. Di negara-negara
Eropa Timur seperti Chekoslovakia, Jertim, dan Hungaria, serta di Selandia Baru
sekitar seperempat dari kehamilan digugurkan.
Berbeda dengan tingkat kehamilan pada remaja yang lebih banyak terjadi
pada remaja umur 18-19 tahun dibanding umur sebelumnya, tingkat pengguguran
lebih banyak pada usia sebelum 18 tahun dibanding usia 18-19 tahun.
Remaja Kota
Makin besarnya proporsi pengguguran terhadap kehamilan remaja ini berakibat makin sedikitnya anak yang lahir di luar pernikahan. Hal ini terbukti dalam
analisis yang dilakukan Journal Family Planning Perspectives terbitan awal tahun
1936 yang menganalisis data-data di Amerika Serikat mulai awal hingga
pertengahan tahun delapan puluhan. Pada kelompok wanita yang sudah bersuami
penurunan tersebut sebagian besar merupakan sumbangan dari keberhasilan
keluarga berencana. Namun pada kelompok remaja penurunan tingkat kelahiran
Iebih disebabkan banyaknya pengguguran (catatan: di Indonesia pengguguran
bukan metode KB).
Besarnya angka pengguguran tiap tahun memang sering membuat orang
menjadi ngeri. Karena besarnya ini secara periodik The Alan Guttmacher justru
merasa perlu melaporkan kejadian-kejadian aborsi di seluruh dunia dan beberapa
tahun terakhir ditulis oleh Stanley K. Henshaw dan Cristhopher Tietze dalam edisi
tersendiri. Bahkan tahun 1988 muncuI buku dari penerbit lain dengan judul
International Handbook of Abortion.
Adalah menarik untuk melihat karakteristik para remaja yang melakukan
hubungan seksual, hamil, dan aborsi sebelum nikah. Sebagian besar mereka
adalah remaja kota. Lingkungan kota meningkatkan jumlah pelaku seks sebelum
nikah karena antara lain ada perangsang seperti bacaan dan film porno.
Rangsangan-rangsangan itu tidak disaring oleh bekal agama yang dimiliki remaja.
Akibatnya perilaku yang sebenarnya terlarang itu pun terjadi.
Tentu saja rangsangan itu tidak sekaligus menimbulkan reaksi. Rangsangan
itu juga belum tentu begitu kuat untuk segera menimbulkan hasrat melakukan hu-
bungan seks. Karena beberapa kali ada rangsangan, maka secara kumulalif yang
tadinya kurang kuat pun akhirnya menjadi kuat untuk mendorong ke arah hubungan
terIarang. Dengan demikian konsep knowledge, attitude, and practice
(pengetahuan, sikap, dan praktek) berlaku dalam perilaku seksual remaja.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita-wanita yang
menggugurkan kandungannya pada umumnya memiliki konstruksi kepribadian yang
kurang kuat. Alasan ekonomi atas pengguguran saat ini kurang bisa diterima. Lebih
banyak diantara mereka adalah orang-orang yang mementingkan kesenangan diri,
daripada tanggung jawab, rasa malu, dan kehormatan terhadap diri sendiri dari
Tuhan.
Pernikahan
Bagi mereka yang berpijak pada perkawinan sebagai lembaga satu-satunya
yang bisa melegitimasi hubungan seksual sebelum menikah, data-data yang
disajikan di atas mungkin tidak menyenangkan. Itu bisa diterima. Apalagi di negara-
negara tersebut prosedur perkawinan juga bukan masalah yang sulit. Batas usia
termuda yang diizinkan berkisar antara 16-18 tahun untuk wanita dan 18-20 tahun
untuk pria. Bahkan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat dan Kanada, dan
di Spanyol pria diizinkan kawin pada usia 14 tahun dan wanita pada usia 12-13
tahun.
Barangkali bagi mereka yang hidup di negara-negara seperti disebutkan di
atas berpikiran untuk sekedar hubungan seks saja kenapa harus repot-repot nikah
dulu. Bagi kita jelas pandangan seperti ini juga ditolak, sebab nikah juga bukan hal
yang merepotkan. Bahwa angka-angka kumpul kebo makin banyak adalah fakta
mereka, kita tidak perlu meniru.
Sayangnya untuk mengetahui apakah remaja kita meniru atau tidak perilaku
remaja di negara-negara lain dalam hal reproduksi, kita tidak tahu secara pasti.
Penyebabnya adalah keterbatasan data. Lebih tragis lagi setiap kali ada usaha untuk mengungkap data itu selalu mengalami kesulitan. Maka tidak mengherankan
bila kemudian yang muncul justru angka-angka dari penelitian yang sepenggal-
penggal. Dan bila hasilnya mengejutkan, sebagian besar orang risau dengan
angka-angka itu.
Saat inilah kiranya yang tepat bagi kita untuk lebih terbuka melihat
kenyataan. Kita perlu mendukung adanya penelitian ke arah perilaku reproduksi
pada remaja. Kemudian kita juga harus berani menerima kenyataan yang nantinya
ditemukan dalam penelitian, betapa pun tidak menyenangkan fakta itu. Tentu
bukan maksud penelitian untuk menelanjangi orang lain, tetapi untuk mengungkap
fakta demi langkah selanjutnya.
Dengan demikian memang perlu adanya keterlibatan dari lembaga-lembaga
penelitian yang qualified untuk melakukan hal itu. Bukan model penelitian yang
sekedar cari popularitas murahan. Dan sekali lagi setinggi apapun orang menjadi
moralis, tentu saja kita harus bisa menerima kenyataan yang ada.
Penanggulangan
Kiranya kita sepakat bahwa hubungan seksual diluar nikah pada remaja
harus dicegah. Disamping bertujuan menjaga moral hal itu bisa juga untuk
mencegah terjadinya kehamilan dan pengguguran. Sayangnya kontrol sosial kita
sekarang makin longgar. Akibatnya, fakta adanya kehamilan dan pengguguran yang
dijadikan indikasi banyaknya perilaku seksual sebelum nikah makin sering
terdengar. Sampai disitu baru kita terpana melihat kecenderungan yang
menggelisahkan. Bukan mencegah terjadinya hubungan seksual sebelum nikah.
Sangat menggembirakan usaha pemerintah untuk mencegah penggunaan
alat-alat kontrasepsi oleh mereka yang belum memiliki kartu tanda tertentu.
Tampaknya usaha ini salah satunya adalah untuk mencegah terjadinya hubungan
seksual pada remaja. Dengan asumsi bahwa remaja akan berusaha menghindari
terjadinya kehamilan, akibat hubungan seksual pranikah karena tidak diperkenankan
menggunakan alat kontrasepsi, maka mereka akan mengurangi aktivitas
seksualnya.
Pencegahan hubungan seksual pada remaja melalui pembatasan pemakaian
alat kontrasepsi tidak akan efektif tanpa ada usaha lain yang mendukung. Karena
masih kurangnya usaha ke arah itu maka ada baiknya untuk segera dipikirkan.
Sementara sebagian orang mengusulkan untuk menyelenggarakan pendidikan
seks. Sebagian lain justru menentangnya. Terlepas dari pro dan kontra tentang
pendidikan seks ini, yang jelas untuk melaksanakannya memang tidak mudah.
Padahal pendidikan seks yang tidak tuntas justru akan menimbulkan dampak yang
tidak baik. Di Amerika Serikat sendiri efektivitas pendidikan seks masih diragukan.
Efektivitas yang bisa diukur adalah berkurangnya jumlah kehamilan pada remaja
yang mengikutinya. Sedangkan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks
sebelum nikah tidak turun.
Tiga Jalur
Menurut penulis ada tiga jalur yang bisa digunakan untuk mencegah perilaku
reproduksi bagi remaja, yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial terutama
lembaga-lembaga keagamaan. Meskipun remaja banyak menghabiskan waktunya
diluar rumah tetapi karena ketergantungan terhadap keluarga masih tinggi, maka
keluarga masih bisa mengontrolnya. Sayangnya banyak orang tua yang meragukan
kemampuan kontrol mereka terhadap remaja. Tidak sedikit pula yang bingung
terhadap pengertian mengontrol dan membahagiakan. Ada yang merasa dengan mengontrol berarti mengurangi kebahagiaan anak remajanya.
Sekolah, disisi lain, adalah kegiatan yang termasuk paling banyak menyerap
waktu para remaja. Dengan demikian akan efektif membimbing remaja melalui jalur
sekolah. Di antara kegiatan belajar-mengajar maupun kokulikuler dan
ekstrakurikuler bisa disisipkan misi ini. Kunci yang sangat berperan disini adalah
guru, tentu saja.
Institusi keagamaan yang tidak hanya membicarakan masalah dunia dan
akherat semakin banyak. Dengan penghayatan yang mendalam terhadap aktivitas
disini nantinya akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi remaja.
Diantaranya adalah mencegah perilaku terlarang seperti hubungan seksual diluar
nikah dan pengguguran.
* Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi dan peneliti di Puslit
Kependudukan UGM
0 komentar:
Posting Komentar